Thursday, July 9, 2015

Balon D'or Milik Messi (Lagi)

Boleh saja seorang Lionel Messi dihujat mayoritas suporter Argentina karena selalu gagal mempersembahkan trophy selama membela timnas senior, akan tetapi penilaian seorang pemain pantas mendapat penghargaan Balon D'or tidak hanya dilihat dari pencapaian dengan negaranya. Faktanya bahwa musim 2014-15 Messi berhasil membawa Barcelona untuk kali kedua merengkuh treble winners, setelah eranya Guardiola berakhir. Jumlah gol dan assist La Pulga pun tidak bisa dianggap remeh, 58 kali menggetarkan jala lawan dan 31 umpan berbuah gol menjadi sinyal besar bahwa dialah kandidat terkuat.
Apabila melihat torehan peraih Balon D'or musim lalu, Cristiano Ronaldo, dia mampu membawa El Real meraih la decima dan mengalahkan Barcelona di final Copa Del Rey. Sementara di Piala Dunia 2014 di Brazil, CR7 bahkan tidak mampu meloloskan Portugal ke babak knock out. Melihat statistik musim ini, Messi patut berbangga dan tidak boleh terlalu kecewa dengan apa yang menimpanya bersama Argentina. Kegagalan bersama timnas bukan hanya tanggung jawabnya, ada 22 pemain plus staf kepelatihan yang juga harus disalahkan atas hal itu. Kemudian bukan Messi orang yang gagal mengeksekusi pinalti pada babak tos-tosan tersebut, sehingga pendapat orang yang memojokkannya adalah berlebihan.
Persaingan Balon D'or di tiga besar lagi-lagi akan didominasi oleh Messi, Ronaldo, serta salah satu antara Neymar atau kiper nomor satu Italia, Gianluigi Buffon. Ketiadaan turnamen penting lain seperti Piala Eropa dan Piala Dunia tahun ini, semakin membuat Messi berada di atas angin meraih trofi kelimanya. Membosankan memang melihat pemenangnya selalu didominasi oleh 2 orang, tapi mau bagaimana lagi Messi akan kembali menjadi pemain terbaik dunia dengan cara yang sama, seperti saat dia membantu Barcelona meraih treble di musim 2008-09. Good job el messiah...

Menyandingkan Sepakbola Wanita dengan Pria



Piala Dunia sepakbola wanita baru saja berakhir dan menahbiskan negeri Paman Sam sebagai yang terkuat. Ada hal yang cukup disesali dari momen yang digelar empat tahun sekali tersebut, yaitu ketiadaan stasiun tv lokal yang menyiarkan secara live. Mungkin bagi sebagian orang, sepakbola yang dimainkan oleh wanita tidaklah menarik, padahal sebaliknya banyak sekali masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung.
Sepakbola wanita selalu menyimpan keseruannya tanpa bisa dijelaskan oleh kata-kata, namun kita semua akan mengetahui jika menyaksikannya sendiri. Untuk mendukung keinginan kaum hawa bermain sepak bola, klub-klub top eropa semacam Barcelona, PSG, Lyon, dan lainnya mendirikan tim wanitanya sendiri. Turnamen terbesar yang mereka ikuti tentu saja Liga Champions Eropa untuk wanita. Para penikmat sepakbola pasti banyak yang belum mengetahui akan hal ini. Mengenai urusan gaji, pesepakbola wanita berbeda jauh penghasilan semusimnya dibandingkan apa yang didapat oleh Cristiano Ronaldo, Yaya Toure, bahkan seorang Lord Bendtner. Seorang Alex Morgan-pun gajinya tidak sampai 400 ribu euro per musim, dan pernah hanya dibayar 70 ribu US Dollar pada tahun 2012.
Dalam skala nasional baik itu di media cetak maupun elektronik, pemberitaan atau informasi mengenai sepakbola wanita tidak sebanyak pria. Pada tanggal 7 juni lalu seluruh masyarakat dunia menjadi saksi kedigdayaan Barcelona atas Juventus di final Liga Champions, namun tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa satu bulan sebelumnya tim Wanita Frankfurt menjadi jawara eropa mengalahkan PSG. Mau dikatakan apalagi jika gema sepakbola wanita tidak senyaring sepakbola pria. Tidak sedikit juga yang skeptis terhadap sepakbola wanita, bagi mereka olahraga ini adalah panggungnya para Gentleman. Pelatih tim nasional sepakbola wanita Amerika Serikat Jill Ellis, bahkan pernah mengatakan dia tidak diperbolehkan bermain sepakbola pada masa remajanya.
         
Sudah saatnya sepakbola kaum hawa bersanding dengan sepakbola pria, serta mendapat tempat di hati setiap penggemar olahraga terbesar di bumi ini. Baru-baru ini EA Sports membuat gebrakan dengan menyertakan Tim Nasional wanita di game FIFA 16’, ide revolusioner yang harus disambut positif bagi pencinta sepakbola. Para penikmat game sepakbola pasti sudah tidak sabar mencoba fitur ini. Intinya, sepakbola merupakan pemersatu, tidak boleh ada unsur SARA, diskriminasi gender, dan sebagainya. Sangat menyenangkan apabila kita juga bisa menyaksikan secara rutin setiap minggunya, pertandingan-pertandingan klub sepakbola wanita layaknya kita menyaksikan Premier League ataupun La Liga.
Saat ini mayoritas penikmat sepakbola sangat mengagung-agungkan klub jagoannya, dan tidak gentar untuk beradu argumen bahkan fisik demi membela klub kesayangannya dari ejekan suporter lawan. Apakah sepakbola wanita akan mendapat perhatian dan pembelaan serupa? Hal yang menarik untuk dipikirkan. Sepakbola adalah milik semua orang, dan mereka semua yang memainkannya patut mendapatkan sanjungan.